Methadone vs Hepatitis C?

Pengguna Opiat dalam bentuk perawatan terapi metadon dapat dengan sukses disembuhkan dari infeksi virus Hepatitis C (HCV) yang kronis dan dapat mendapatkan hasil yang sama dengan pasien yang tidak menggunakan metadon, demikian dari data yang diungkapkan European AIDS Conference ke-13 (EACS 2011) di Belgrade. Penggunaan napza suntik dengan cara berbagi peralatan suntik adalah faktor utama dalam penularan HIV dan HCV. Dan menurut perkiraan ada sekitar 30% orang yang terinfeksi HIV juga terpapar HCV. Koinfeksi diasosiasikan dengan proses penyakit yang lebih cepat dan respons yang buruk pada terapi interferon, tetapi hasil dari pengguna opiat substitusi seperti metadon belum pernah diteliti dengan baik.
Beberapa ahli kesehatan selama ini terkesan enggan untuk melakukan perawatan terhadap pengguna napza aktif maupun yang sudah tidak aktif, sebagian besar dengan alasan dengan buruknya ketaatan dalam perawatan tetapi petunjuk perawatan yang ada sekarang menyatakan bahwa penggunaan Napza bukanlah merupakan kontraindikasi dan pasien harus dievaluasi atas dasar individu, bukan berdasarkan sejarah penggunaan Napza. Karin Neukam dari Rumah Sakit Universitario de Valme di Seville, Spanyol, dan koleganya membandingkan respons dari perawatan diantara pasien hepatitis C sebagian besar adalah pengguna Napza suntik- yang mendapatkan atau tidak mendapatkan perawatan terapi metadon.
Studi kelompok prospektif ini melibatkan 214 pasien hepatitis c kronis, di klinik rawat jalan rumah sakit universitas di Seville yang memulai perawatan interveron pegilasi ditambah ribavirin antara bulan Januari 2003 hingga Mei 2010. Hanya lebih dari sepertiga partisipan (38%) dalam perawatan metadon dan 62 % tidak menggunakan metadon. Mayoritas dari dua kelompok tersebut punya sejarah dalam penggunaan Napza suntik, tapi tidak mengejutkan, persentasi dalam penerima metadon adalah (84% vs 63%). Partisipan kebanyakan adalah laki – laki (88% di kelompok metadon, dan 77% di kelompok non-metadon) dan usia rata – rata adalah 42 tahun. Sekitar 25 % dari dua kelompok adalah HIV positif. Penerima perawatan metadon sedikit banyak memiliki pola gen IL28B “CC” dan memiliki sirosis, tapi juga secara signifikan memiliki HCV genotipe 1 atau 4 yang sulit disembuhkan.
Hasil :
Hampir semua peserta dari kedua kelompok dilaporkan 80% atau lebih memiliki ketaatan yang baik dalam terapi hepatitis C.
- Di analisa yang disengaja dalam perawatan, tingkat dari respons virus berlanjut (sustained virological response/SVR), atau tidak terdeteksinya HCV RNA dalam jangka berkelanjutan selama 24 minggu setelah selesai, adalah serupa dari dua kelompok baik bagi pengguna metadon maupun bukan pengguna metadon. (Keseluruhan: 48% pada dua kelompok; Genotipe 1 atau 4: 35% vs 42%, masing-masing; Genotipe 2 atau 3: 69% vs 65%, respectively).
- Pola yang sama terlihat di analisa on-treatment: (Keseluruhan: 57% vs 59%, masing-masing; Genotipe 1 atau 4: 39% vs 48%, masing-masing; Genotipe 2 atau 3: 76% vs 71%, masing-masing).
- Orang dengan koinfeksi HIV/HCV, dengan dasar HCV RNA tinggi, pola gen IL28B yang tidak menguntungkan, dan memiliki dasar sirosis lebih sedikit untuk meraih respons yang berkelanjutan.·
- Faktor lain seperti gender, sejarah penggunaan Napza suntik, depresi, dan dosis ribavirin tidak secara signifikan diasosiasikan dengan respons perawatan.
- Hasil yang lain hampir mengalami kesamaan dalam kelompok pengguna metadon dan bukan pengguna metadon; (Post-treatment relapse: 11% vs 12% – masing-masing; Terobosan virological: 1% pada kedua kelompok; Respons yang tidak berlaku: 22% vs 21%, – masing-masing; Diskontiniu sukarela: 12% vs 11% – masing-masing; Kejadian yang merugikan: 5% vs 7% – masing-masing).
Penemuan ini mengindikasikan bahwa penggunaan metadon tidak seharusnya menjadi pertimbangan kontraindikasi dalam perawatn hepatitis C. Stefan Mauss dari Heinrich-Heine University di Duesseldorf mengatakan bahwa ini adalah studi yang sangat penting, dan khususnya negara Eropa timur membutuhkan data seperti ini untuk meyakinkan pada ahli kesehatan dan masyarakat umum bahwa pasien hepatitis C yang menggunakan metadon dapat secara sukses disembuhkan.
Afiliasi Peneliti: Hospital Universitario de Valme, Unit of Infectious Diseases and Microbiology, Seville, Spain; Ambulatory Care Centre for Drug Addiction ANTARIS, Dos Hermanas, Spain; Centro Penitenciario Sevilla, Medical Services, Alcalá de Guadaira, Spain; Hospital Universitario de Valme, Unit of Investigation, Seville, Spain.
Referensi K Neukam, JA Mira, I Gilabert, et al. Methadone Maintenance Therapy Does Not Influence on the Outcome of Chronic Hepatitis C Treatment with Pegylated Interferon and Ribavirin. 13th European AIDS Conference (EACS 2011). Belgrade, October 12-15, 2011. Abstract PS7/5.
Sumber : http://www.jarumbersih.info/metadon-vs-hepatitis-c-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Isi Komentar Anda Disini